Teori stage
Saat anak berusia 3-6 tahun, mereka berada pada tahapan ketiga dari perkembangan psikososial Erikson, yaitu “initiative vs guilt”. Pada tahapan ini, anak2 mulai lebih sering menonjolkan dirinya dan telah memiliki beberapa kecakapan. Dengan kecakapan2 tersebut mereka terdorong melakukan beberapa kegiatan, membuat permainan, dan berinisiatif untuk melakukan sesuatu dengan yg lain.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap genital-locomotor atau yang biasa disebut TAHAP BERMAIN. Dari kegiatan bermain, eksplorasi, usaha, kegagalan, dan pengalaman dalam bermain inilah mereka memperoleh virtue “Purpose”. Purpose itu sendiri adalah keberanian untuk membayangkan dan mengejar tujuan yang bernilai bagi mereka dengan tidak dihambat oleh fantasi anak-anak, rasa bersalah, dan takut akan hukuman. Jika anak diberi kesempatan oleh orangtua untuk melakukan itu semua, maka anak dapat mengembangkan rasa inisiatif mereka, kemampuan dalam memimpin, & membuat keputusan. Namun, jika tidak, misalnya orangtua justru mengkritik ataupun mengontrol dengan ketat apa yg anak lakukan, maka yg berkembang pd anak adalah rasa malu atau malah akan mengembangkan suatu sifat menyalahkan diri sendiri. Mereka mungkin jg merasa sebagai pengganggu bagi orang lain, sehingga kurang inisiatif, dan akhirnya saat dewasa nanti mereka tidak bisa menampilkan jati diri mereka yang sebenarnya tapi malah terus meniru orang lain di sekitar mereka (ritualism of impersonation throughout life).
Contoh
Bermain peran (make believe play)
- ritualisasi: orangtua mensupport anak yg ingin bermain peran, sprti dokter-dokteran, dll, dengan ikutan bermain (jadi pasien misalnya)
- ritualism: orangtua tidak mensupport anak dalam bermain peran. cth: waktu anaknya main dokter2an, ortunya marah karena si anak menggunakan pakaian ayah/ibu buat kostum, atau ngeberantakin rumah, jdnya anaknya disuruh berhenti main & suruh balikin kostum yg dia pake + bersihin