Le langage des jeunes
Pasar Baru atau dalam ejaan lama yang terpampang di gerbang masuk kawasan pertokokan dieja dengan Passer Baroe adalah salah satu pusat belanja tertua di Jakarta. Kawasan ini pada awalnya adalah Pecinan dan pada tahun 1820 Belanda menjadikan kawasan ini sebagai pusat pertokoan yang menjual barang-barang dengan kualitas Eropa. Para pedagang etnis Cina pada awalnya menguasai kawasan pertokoan baru ini dan sisa-sisa arsitektur Cina masih dapat dilihat di beberapa bentuk atap serta arsitektur dalam sebuah toko yang saat ini bernama Toko Kompak. Dalam perkembangan selanjutnya Pasar Baru telah menjadi pusat perdagangan kain yang identik dengan diaspora India, khususnya di Jakarta. Toko-toko milik etnis Cina tetap bertahan meskipun banyak yang telah beralih fungsi. Salah satu yang mampu bertahan hingga generasi ketiga adalah restoran Tropik, yang merupakan milik mantan pengusaha legendaris Tio Tek Hiong. [1] Selain menjadi pusat perdagangan, Pasar Baru juga merupakan pusat ekspresi keagamaan jika ditilik dari banyaknya jumlah tempat ibadah di dalam dan di sekitar Pasar Baru. Semua tempat-tempat ibadah ini berskala kecil dan dapat dikatakan sebagai sarana aktualisasi kebebasan berekspresi sebagai minoritas dalam haluan lima agama besar yang diakui Indonesia. Melalui participant observation tercatat ada tiga kuil India, tujuh buah gereja, sebuah klenteng, dua buah masjid umum dan sebuah masjid bagi umat Cina yang menganut Agama Islam. Selain itu Gandhi’s School, Tk-SD-SMP-SMA Karunia yang bersatu dengan Gereja Karunia dan juga TK-SD-SMP-SMA Kanaan bersatu dengan Gereja Yesus Sejati berlokasi di seputaran kawasan perdagangan Pasar Baru. Tiga sekolah yang didirikan berdasarkan etnis atau agama ini hanyalah yang terletak di luar kawasan perdagangan di balik sungai Ciliwung dan belum melihat keberadaan sekolah di “seberang” sungai seperti Santa Ursula yang juga dapat ditempuh dengan berjalan